Kamu pernah nonton pertandingan timnas voli putra Indonesia dan bertanya-tanya, “Siapa sih yang sering jadi mesin poin dari set pertama sampai terakhir?” Jawabannya nggak jauh-jauh: Rivan Nurmulki. Saya pribadi sudah mengikuti perjalanan Rivan sejak dia masih belum seterkenal sekarang—dan jujur, perkembangan permainannya bikin saya kagum sekaligus bangga.
Rivan bukan cuma soal smash keras atau block solid. Dia adalah contoh nyata gimana kerja keras, konsistensi, dan keberanian mengambil risiko bisa mengubah nasib seorang atlet. Saya masih ingat, dulu Rivan dikenal sebagai anak daerah dari Jombang yang bikin kejutan di Livoli. Mainnya agresif, cepat, tapi masih mentah. Namun perlahan, dia tumbuh jadi opposite spiker yang matang dan ditakuti lawan.
Menurut catatan dari Sportzoomid, titik balik Rivan datang saat dia membela tim Surabaya Samator dan kemudian mulai dilirik ke level internasional. Dari tampil di ajang SEA Games hingga merantau ke liga luar negeri seperti Thailand dan Jepang, Rivan bukan cuma mengasah tekniknya, tapi juga mental bertanding. Saya pernah lihat sendiri, cara dia membaca blok lawan dan memilih angle spike itu udah kelas dunia.
.jpg)
Kalau kamu pengin tahu apa rahasianya Rivan bisa berkembang sehebat itu, saya kasih bocoran sedikit: dia nggak pernah berhenti belajar. Setiap musim, selalu ada hal baru yang dia perbaiki—entah dari footwork, variasi serangan, sampai komunikasi dengan setter. Saya rasa, buat kamu yang ngefans sama voli, perjalanan Rivan bisa jadi inspirasi banget. Apalagi buat anak muda yang lagi ngerintis di dunia olahraga, kisah Rivan itu bukti kalau kerja keras memang nggak bohong.
Yuk, kita terus dukung Rivan Nurmulki dan timnas voli Indonesia! Jangan lupa ikuti terus perkembangan mereka lewat Sportzoomid atau platform olahraga favoritmu. Dan kalau kamu punya teman yang belum kenal siapa itu Rivan, share artikel ini ke mereka—biar makin banyak yang tahu kalau Indonesia punya atlet voli kelas dunia yang layak dibanggakan.
Baca juga Berita Bola Basket disini Fitplayjournal
Posting Komentar